Harmoni Jepang

Jepang adalah negara spesial yang diciptakan oleh Allah SWT. Julukan “Negara Matahari Terbit” untuk Jepang memberikan informasi bahwa Jepang adalah spesial. Terpisahnya kepulauan Jepang dengan negara Asia lain membuat Jepang memiliki karakter alam yang spesifik juga. Alam yang indah dengan 4 musimnya namun juga alam yang “mengerikan” dengan bencana yang selalu mengancam setiap saat. Negara dengan teknologi majunya, namun sisi tradisional yang tetap dipertahankan. Masyarakat Jepang yang “welcome” dengan pendatang, namun juga “tetap” menjaga jarak untuk berinteraksi. Masyarakat yang haus dengan ilmu pengetahuan melalui buku, tapi belum banyak yang mengetahui bahwa ada satu buku yang “sangat spesial” yang terdapat banyak ilmu pengetahuan didalamnya.

Pada saat musim semi datang, maka bunga-bunga sakura akan bermekaran mewarnai alam Jepang. Musim yang dinanti oleh masyarakat Jepang dengan “Hanami”nya dan juga oleh wisatawan manca negara untuk menikmati “blomming”nya sakura. Musim gugur yang juga tak kalah menariknya, dengan daun momiji yang berganti warna dan kemudian berguguran, juga menjadi acara khusus bagi masyarakat Jepang dengan “momijigarinya” dan tentu oleh wisatawan asing juga. Musim panas dengan udara panas udara yang tidak biasa dan bisa jadi menimbulkan gelombang panas, serta musim dingin yang menggigit membuat Jepang menjadi lebih spesial.

Indahnya bunga sakura dan cantiknya warna-warni daun momiji adalah moment-moment indah yang patut disyukuri. Namun di sisi lain bencana alam selalu mengintai masyarakat Jepang. Bencana hampir terjadi setiap saat silih berganti di Jepang, dari satu prefecture ke prefecture lain. Dalam kurun waktu 1 tahun saja (tahun 2018 dan belum berakhir) banyak bencana yang melanda Jepang. Mulai dari gempa bumi, hujan lebat (yang mengakibatkan banjir besar dan tanah longsor), gelombang panas, aneka macam topan (topan Jongdari, topan Jebi, dsb).

Pada 18 Juni 2018 terjadi gempa besar di Osaka bagian utara pagi hari pukul 7.58 JST dengan 6.1 SR. 

Pada 4 Juli 2018 hujan lebat melanda sebagian Jepang (wilayah barat daya), termasuk Hiroshima, Ehime, Okayama, Yamaguchi, Kyoto, Gifu, Shiga, Hyogo, Kochi, dan Fukuoka yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir lumpur. 

Musim panas (Juli 2018) di Jepang bukan musim panas biasa, tapi luar biasa dengan suhu yang mencapai diatas 40oC. Musim panas tahun ini dengan suhu 41.1oC. (23 Juli 2018) mengakibatkan gelombang panas yang melanda ibukota Jepang, Tokyo.

Pada tanggal 4 September 2018, wilayah selatan dan barat daya, termasuk Osaka, Kyoto, Nara mengalami hantaman “Topan Jebi”yang menyebabkan berbagai kerusakan. Hembusan topan dengan kecepatan 216 km/jam menyebabkan badai, angin kencang, dan hujan lebat. 

Sehari berita tentang Topan Jebi memenuhi seluruh headline berita baik koran, televisi, dan social media. Sekarang, hari ini, 6 September 2018, headline dipenuhi dengan berita terjadinya gempa pada wilayah utara Jepang (Hokaido) pada pukul 03.08 dengan 6.7 SR.

Meski Jepang banyak mengalami hal buruk dengan bencana alam, namun sepertinya mereka telah “menerima” bahwa bencana adalah sahabat. Jepang yang terkenal dengan “disiplinnya” karena didukung oleh karakter orang Jepang yang cenderung tidak banyak bicara, namun banyak bekerja, membuat penanganan segala hal, terutama bencana menjadi lebih teroganisir, lebih efesien, dan lebih cepat. Pemerintah dengan segala kemampuannya dan didukung  oleh penguasaan teknologi maka setiap bencana yang datang dapat meminimalkan korban. Melalui Japan Meteorology Agency (JMA) yang salah satu fungsinya adalah pencegahan dan mitigasi bencana alam, akan memberikan alert pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Jepang. Begitu juga penanganan setelah bencana yang patut diacungi jempol.

Setelah 3 tahun berada di Jepang, baru saat ini benar-benar merasakan bahwa bencana itu begitu dekat dengan kita dan bisa terjadi setiap saat. Negara ini memberikan banyak pelajaran bahwa mendekatkan diri pada Allah SWT yang menyebabkan segala kejadian adalah wajib hukumnya untuk mendapatkan perlindungan dari Nya.

Penuh harap….. harmoni kehidupan, keseimbangan antara keindahan dan bencana di Jepang dapat menunjukkan pada masyarakat Jepang bahwa ada “Big Creator” atas semua yang terjadi di alam ini.

Tulisan ini mungkin sangat bersifat subjektif, karena berdasarkan apa yang dirasakan penulis selama berada di Jepang.  

Molecular Nutrition Lab, Hiroshima Univestiy
September 06 2018

Comments

Popular posts from this blog

Informasi Dibalik Indahnya Sebuah “Kemasan Beras Jepang”

Fermented Seasoning, meng"khas"kan masakan Jepang

Fermented Food ala Jepang dan Indonesia