Informasi Dibalik Indahnya Sebuah “Kemasan Beras Jepang”

Saya hanya sedikit tahu “cerita” tentang import beras yang ramai diberitakan, diperbincangkan, dan diperdebatkan pada periode Januari 2018. Katanya pemerintah akan melakukan import 500.000 ton beras dengan alasan untuk memperkuat cadangan beras nasional sehingga tidak terjadi gejolak harga dan juga diperkirakan hasil panen beras pada pertengahan Februari 2018 dan akhir Maret 2018 (saat panen raya) akan menurun.

Disain "elegan" sebuah kemasan beras Jepang

Saya tidak akan turut meramaikan cerita tentang import beras tersebut. Saya hanya ingin cerita “santai” tentang kemasan beras. Ya tentang “kemasan beras Jepang”. Kemasan beras di Jepang sangat beragam. Kemasan ada yang terbuat dari plastik, kantong kertas atau kemasan lain yang dirancang khusus seperti kaleng. Beras dalam kaleng digunakan dikala darurat atau dikala bencana. Beras kaleng dapat disimpan hingga 5 tahun. Setiap kemasan didisain dengan sangat “eye catching” sehingga menarik minat para pembeli dan tentunya memberikan informasi yang sangat berharga yang terdapat pada kemasan pada konsumen. Isi kemasan juga beragam mulai dari 1 kg sampai 10 kg.
Kemasan kaleng untuk beras dikala darurat atau bencana

Mungkin kita semua masih ingat dengan kasus beras “Maknyuss dan Ayam Jago”, yang juga membuat ramai “dunia perberasan” Indonesia pada Agustus 2017. Beras yang katanya diproduksi oleh PT. Indo Beras Unggul (IBU) padahal di kemasan tertera PT. Sakti sebagai produsennya. Informasi “nyeleneh” juga terdapat di kemasan beras yaitu terdapatnya informasi mengenai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang biasanya digunakan untuk makanan olahan, tapi dicantumkan pada kemasan beras yang merupakan bahan baku.
Kemasan beras Maknyuss dan Ayam Jago

Setiap kemasan beras di Jepang memiliki informasi lengkap tentang “asal muasal” beras yang terdapat didalamnya. Setidaknya ada 5 informasi yang ada pada kemasan beras di Jepang, yaitu tanggal panen, merk, jenis beras, daerah produksi, dan layanan konsumen.  
Kemasan beras Jepang "Koshikari Niigata"

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sebetulnya sudah memiliki UU No 7 tahun 1966 tentang pangan, PP No 69 tentang Pelabelan, dan undang-undang perlindungan konsumen tahun 1999 yang mewajibkan pencantuman label pada komoditas di pasaran. Tapi kenyataannya masih banyak yang tidak mematuhi aturan tersebut.    

Setahu saya di Indonesia belum ada kemasan beras yang mempunyai informasi lengkap seperti Jepang. Ada kemasan yang hanya berisi 2 informasi saja seperti beras dengan merk "FS" dan jenis beras "Pandan Wangi yaitu beras yang dikemas oleh Food Station Tjipinang Jaya Jakarta.
Kemasan beras dengan 2 informasi

Ada juga kemasan yang hanya berisi informasi mengenai merk dan layanan konsumen, seperti beras dengan merk "Makanja".
Kemasan beras dengan 2 informasi

Atau bahkan ada juga yang "minim" informasi yaitu hanya merk beras saja seperti beras dengan merk "Walet". Tapi tidak tahu jenis beras apa yang terdapat di dalam kemasan tersebut. Apakah beras jenis pandan wangi, menthik wangi, menthik susu, rojolele, IR 64 atau sentra Ramos, IR 42 atau beras jenis lainnya. 
Kemasan beras dengan 1 informasi

Tidak semua beras yang beredar di pasar, toko, atau warung di Indonesia adalah beras yang dikemas. Banyak juga beras yang dijual dalam keadaan curah. Dan ini sangat memungkinkan tidak diketahuinya asal muasal beras atau bahkan bisa terjadi pengoplosan. 
Beras Curah

Jangankan beras curah, ternyata ada juga beras kemasan yang merupakan beras oplosan.  Salah satu dugaan yang dituduhkan terhadap beras Maknyuss dan Ayam Jago adalah dilakukannya pengoplosan beras, dan kemudian menyebutkan beras tersebut berkualitas “premium”. Dan masih banyak lagi kasus seperti itu diantaranya penggerebekan sebuah gudang di Jakarta yang melakukan pemindahan beras berkualitas rendah kedalam kemasan lain yang “seolah-olah” berkualitas baik.
Beras Oplosan di Gudang

Pertanyaannya sekarang, apakah kita dapat menghindari atau minimal mengurangi kemungkinan-kemungkinan tersebut? Apakah kita bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh Jepang, memberikan informasi lengkap tentang asal muasal beras pada kemasan? Sebelum menjawab ya atau tidak, mari kita lihat dulu bagaimana petani Jepang dalam memproduksi berasnya.
Menanam bibit padi

Petani-petani di Jepang merupakan produsen utama dari beras yang mereka produksi. Setiap petani mempunyai peralatan lengkap untuk memproduksi beras mulai dari pembibitan sampai dihasilkan beras dalam kemasan. Mereka mempunyai mesin untuk menyiapkan lahan, untuk menanam bibit, untuk memanen padi, untuk menyosoh beras, dan untuk mengemas beras. Sebegitu lengkapnya peralatan yang dimiliki oleh petani untuk melakukan budidaya tanaman padi. 
Panen padi di lokasi (sawah)

Bagaimana mereka memiliki semua peralatan ini? Apakah mereka semua adalah petani-petani yang kaya sehingga mampu membeli peralatan yang mahal? Ternyata…… jawabnya petani-petani ini tidak sendiri, tapi didukung sepenuhnya oleh pemerintah melalui Japan Agriculture (JA). JA adalah koperasi pertanian yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan pertanian, termasuk budidaya tanaman padi. Saat ini, JA sudah besar dan lepas dari pemerintah Jepang dan sepenuhnya dijalankan oleh para petani. Meskipun begitu pemerintah Jepang tetap memberi dukungan berupa subsidi kepada JA ketika terjadi perubahan harga beras dipasaran. Jadi petani tetap terlindungi dan sejahtera. 
Bersama petani yang sedang panen

Bagaimana dengan negara kita? Apakah petani sudah mendapat dukungan dari pemerintah?
Panen padi secara manual

Mengapa pada kemasan beras, produsen mencantumkan tanggal panen, merk, jenis beras, daerah produksi, dan layanan konsumen. Tentu punya maksud dan tujuannya. Jadi tidak asal mencantunkan informasi hanya sekadar untuk “menaikkan popularitas” beras yang dijual.
Informasi AKG pada kemasan beras Maknyuss

Tanggal produksi beras sangat penting dicantumkan. Hal ini untuk mengetahui beras tersebut beras baru (shinmai) atau beras lama (komai). Beras shinmai adalah beras yang dijual dari beras hasil baru panen (produksi beras dengan masa panen dalam tahun yang sama. Di Jepang hanya ada 1 kali panen padi, yaitu pada bulan September atau Oktober, maka beras shinmai akan muncul di supermarket sejak awal musim gugur hingga akhir tahun. Masa-masa 3 bulan itu adalah masa “the best” dari beras Jepang yang baru panen. 

Sedangkan beras komai adalah beras yang dijual telah melewati tahun dari masa panennya. Tentu kedua jenis beras ini berbeda dari sisi harga dan kualitas. Beras shinmai adalah beras “legit” dengan kualitas dan harga yang “aduhai”. Tapi beras komai juga merupakan beras yang masih “sangat” layak untuk dikonsumsi. 

Coba bandingkan dengan kualitas beras Raskin, yang katanya berkualitas rendah bahkan ada yang berjamur dan berkutu. Tapi untungnya beras Raskin sudah dihentikan pemberiannya pada tahun 2017 dan diganti dengan pemberian uang dalam bentuk “voucher pangan”. Jadi masyarakat berpenghasilan rendah bisa membeli beras dengan kualitas dan harga yang diinginkan. 

Beras raskin berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Bulog yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan beras dan dalam rangka mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan cadangan beras darurat ASEAN. 
Beras Raskin yang berjamur dan berkutu

Berkarung-karung beras Raskin di simpan di gudang bulog dalam jangka waktu lama, mungkin bertahun-tahun sampai akhirnya beras sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi karena berjamur dan berkutu. Dan beras ini yang diberikan kepada saudara-saudara kita dengan sebutan Beras Raskin. Alangkah sedihnya, negara yang katanya gemah ripah loh jinawi, tongkat dan kayu jadi tanaman, jambrut katulistiwa, rakyatnya harus makan nasi dari beras yang sangat rendah kualitasnya.
Indonesia negara yang kaya

Merk, jenis beras, dan daerah produksi sangat penting untuk dicantumkan di kemasan beras. Di Jepang setiap daerah mempunyai beras unggulannya sendiri.  Beras unggulan dari setiap daerah ini biasanya mempunyai merk sendiri. Jadi kalau menyebut merk suatu beras, masyarakat Jepang sudah bisa menebak kalau beras itu asalnya dari mana.  Beras yang paling enak adalah merk Koshihikari dari Nigata Prefecture. Daerah ini adalah daerah pegunungan dengan banyak mata air, sumber irigasi berasal dari air sungai yang jernih dan bersih. Maka harga beras Koshihikari dari Niigata adalah beras super dan harganya sangat mahal. Di urutan kedua ada beras Komachi dari Akita Prefecture.Beras Akita Komachi tidak begitu lengket seperti Koshihikari. Ada juga beras Hitomebore dari Miyagi Prefecture. 
Beras Komachi dari Akita Prefecture

Indonesia juga sebetulnya punya hal seperti ini, yaitu beras jenis Pandan Wangi dari Cianjur. Beras Pandan Wangi yang ditanam di Cianjur akan memiliki kualitas yang sangat tinggi yaitu pulen dan harum dibandingkan dengan yang ditanam di daerah lain. Tapi kadang konsumen tidak mengetahui secara jelas apakah beras pandan wangi yang dibeli berasal dari Cianjur atau bukan karena  tidak adanya informasi dikemasannya. Kalaupun ada kadang-kadang informasinya tidak jelas dan kurang bisa dipercaya karena jenis beras Pandan Wangi dijadikan merk beras saja padahal isinya bukan beras Jenis Pandan Wangi.
Beras Merk BMW dari Cianjur ini beras sentra Ramos atau beras Pandan Wangi

Yang terakhir adalah adanya layanan konsumen berupa nomor telpon yang bisa dihubungi. Kemasan beras di Indonesia ada juga yang sudah mencantunkan layanan konsumennya, tapi kebanyakan belum melakukanya.

Petani-petani Indonesia karena "keterbatasannya" tidak bisa "menikmati" hasil pertaniannya dengan menjual langung ke konsumen. Karena pola pemasaran padi yang ada di Indoensia secara umum tidak memungkinkan itu. Rantai pemasaran padi sangat panjang, sehingga akhirnya sangat sulit untuk mengetahui tanggal produksi, jenis beras, dan daerah produksi beras tersebut. 

Petani biasanya menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual ke pabrik pengilingan, kemudian dijual kepada distrobutor, dan distributor menjual ke pasar swalayan atau pasar tradisional.

Kedepannya, jika para petani di Indonesia sudah "berdaya" dengan dukungan kuat pemerintah, maka impian membeli beras berkualitas dalam kemasan yang elegan, menarik, dan informatif bisa terwujud. Jadi nanti kita akan membeli beras dengan informasi lengkap dikemasannya seperti:
Tanggal panen           : 1 Maret 2018
Merk                          : Indonesia Jaya
Jenis beras                 : Pandan Wangi
Daerah Produksi        : Cianjur
Layanan konsumen    : 0852 xxxx xxxx

Selalu berharap untuk Indonesia yang lebih baik dengan rakyatnya yang sejahtera.

Reference:
https://www.kompasiana.com/weedykoshino/petani-jepang-kok-bisa-makmur_553759e26ea8346251da42d1
https://www.academia.edu/27665802/PENERAPAN_LABEL_PADA_INDUSTRI_BERAS.pptx
https://food.detik.com/info-halal/d-2519139/akita-komachi-beras-jepang-bersertifikat-halal-pertama
https://moeslema.com/1153
Sebagian foto diambil dari google dan beberapa foto merupakan dokumentasi pribadi

Comments

Popular posts from this blog

Fermented Seasoning, meng"khas"kan masakan Jepang

Fermented Food ala Jepang dan Indonesia