Sekolah di Musim Dingin


Musim dingin (winter) dimulai pada bulan Desember dan berakhir pada bulan Maret. Pada musim dingin, pastinya suhu udara sangat dingin. Untuk daerah Higashihirosima suhu selama musim dingin selalu berubah-ubah, tapi berkisar 12oCelcius di siang hari dan mencapai -8oCelcius di malam hari. Udara dingin ini membuat semuanya menjadi sangat dingin, mulai dari kamar apato yang dingin, meski sudah dipasang heater. Semua benda di kamar menjadi dingin, seperti jaket, kaos kaki, sarung tangan, dan sebagainya. Jadi kalau mau memakai semua itu harus didekatkan terlebih dahulu ke heater. Saya tidak tahu apakah keadaan ini hanya di apato saya saja atau di apato lain juga seperti ini keadaannya. Tapi yang saya rasakan di apato teman tidak sedingin apato saya. Apa karena apato saya  kecil dan berada di lt 2 dan di dua sisinya merupakan jendela dengan kaca yang besar, yang mengakibatkan udara dingin merembes masuk dan terperangkap di dalam ruangan. Yang jelas heater tidak cukup membantu menghangatkan tubuh. Dingin, dingin dingin. Aku tak suka musim dingin. Brrrrr….
Udara dingin ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya untuk melakukan berbagai aktivitas, terutama ketika akan berangkat ke kampus. Perlu energi ekstra untuk membangkitkan semangat dari rasa malas akibat udara yang dingin. Saya yang sudah dewasa saja sering muncul rasa malas ke kampus, padahal berangkat ke kampusnya sekitar pukul 08.00 dengan bersepeda. Bagaimana dengan Nabiel dan teman-temannya yang harus berangkat pukul 07.00 dengan berjalan kaki, yang pada saat itu matahari saja belum terbit. Wah tidak dapat membayangkannya perjuangan mereka untuk menuntut ilmu di musim dingin. Perjuangan mereka masih terus berlanjut di sekolah.  Ternyata kata Nabiel ruang kelasnya juga dingin. Hanya pada saat tes, makan siang, dan setelah beraktivitas di luar heater dihidupkan, selebihnya tidak. Nabiel bilang, "dingin banget bu". Ya sudah terbayang dinginnya nak. Menurut saya, untuk anak Jepang ini bukan merupakan tantangan dan hambatan untuk belajar, karena mereka lahir dan besar di negeri sub tropis ini.  Sedangkan Nabiel dan teman-temannya adalah anak tropis yang biasa dengan udara panas. Tapi ternyata kata Nabiel sama, anak Jepang juga kedinginan, ho ho ho. 

Tapi mungkin namanya anak-anak, mereka enjoy saja menikmati ini semua.  Tapi kadangkala muncul juga perkataan “aku capek”, “kakiku pegel”, “pundakku sakit”, dan keluhan lainnya. Kalau sudah begini selalu mengingatkan pada Nabiel tentang menuntut ilmu dengan menyampaikan pepatah dari Imam Syafii: Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya Kebodohan." Tapi kadang ibunya bersikap lunak juga untuk mengizinkan anaknya untuk tidak masuk sekolah karena alasan capek dan lelah. Seperti hari Rabu, tanggal 17 Januari 2018, dia mengeluh pundaknya pegal. Raut mukanya tidak bersemangat, padahal ibunya sudah menyiapkan bento untuk dibawa. "Ya sudahlah, belajar di rumah saja, tapi besok harus sekolah ya". "Ok"..... kata Nabiel dengan wajah bahagia.  Saya sebagai orang tua kadang tidak bisa menangkap kelelahan yang ada pada Nabiel kalau dia tidak menyampaikannya.  Kalau dia sudah beberapa kali mengeluh capek dan lelah itu tandanya bahwa dia memang benar-benar capek dan lelah sehingga perlu istirahat di rumah dan tidak masuk sekolah. 
Mari kita berjuang bersama "nak" untuk menuntut ilmu.  Semoga ilmu yang kita peroleh dengan segala daya dan upaya bisa bermanfaat bagi diri sendiri, bagi orang lain, bagi lingkungan, bagi bangsa dan negara, dan tentunya bagi agama. Aamiin ya Rabbal Alamin.
Semangat ya Anakku

Comments

Popular posts from this blog

Informasi Dibalik Indahnya Sebuah “Kemasan Beras Jepang”

Fermented Seasoning, meng"khas"kan masakan Jepang

Fermented Food ala Jepang dan Indonesia