Keluarga kecil keluarga bahagia. Benarkah itu?

Mengapa aku bertanya ini? Karena aku "agak" kurang bahagia dengan hanya memiliki 1 saudara kandung. Apalagi jarak usianya cukup jauh, 17 tahun. Ketika aku lahir, kakakku sudah kelas 1 SMA. Ketika aku TK, kakakku sudah merantau. Ketika aku SD, kakakku sudah menikah. 

Orang tuaku hanya memiliki 2 orang anak dan ini katanya tidak direncanakan, karena memang program KB belum ada pada waktu itu. Mungkin sebetulnya mereka juga ingin memiliki anak lebih dari 2. Tapi apa mau dikata, Allah hanya menitipkan 2 anak saja.

Kupikir, ketika program KB yang sangat popular dalam membatasi jumlah anak diterapkan di zaman pemerintahan presiden Soeharto telah membuat “sebagian” anak dari keluarga kecil kurang bahagia. Mungkin mereka tidak menyadari hal ini, tapi mungkin ada terbersit dihati mereka bahwa sebenarnya mereka kurang bahagia karena hanya punyai 1 saudara kandung, he he he..... nebak nebak. Pembaca boleh setuju dan boleh tidak setuju dengan pendapat ini.

Dalam hal ini saya tidak menyalahkan pasangan yang hanya dianugrahi 1 orang anak, itupun mungkin mendapatkannya dengan program bayi tabung. Atau hanya punya 2 anak, itupun melalui operasi Caesar. Tapi sangat disayangkan jika bisa punya banyak anak tapi dibatasi hanya "ingin" punya 2 anak saja.

Dari sisi orang tua mungkin bahagia memiliki hanya 2 anak. Mereka bisa memberikan pendidikan yang terbaik untuk 2 anaknya, mereka dapat melimpahkan kasih sayang yang penuh untuk 2 anaknya, mereka bisa mewujudkan semua keinginan 2 anaknya, dan sebagainya.

Tapi menurutku jika mempunyai saudara kandung lebih dari satu, misalnya 2 atau 3 atau 4 atau bahkan lebih, pasti lebih asyik, pasti lebih seru. Gak pernah mengalami, tapi yakin saja bahwa hidup akan lebih berwarna. 

Ketika masih kecil sesama saudara kandung pasti saling iri, saling cemburu, saling mengganggu, tapi juga saling menjaga, saling menolong, saling peduli. Kalau hanya punya 1 saudara kandung dan seperti saya yang terpaut jauh usianya tak ada pengalaman asyik itu. Tak ada rebutan makanan, tak ada rebutan mau dipeluk sama ayah atau ibu, tak ada berantem. Ketika sudah besar dan masing-masing telah berkeluarga, pasti keseruan akan lebih heboh lagi.

Mungkin dari sisi orang tua punya banyak anak banyak susahnya. Pasti banyak yang bilang bahwa banyak anak repot ngurusnya. Namanya juga punya anak, ya repotlah….. kalo gak mau repot ya sekalian aja gak usah punya anak….. ha ha ha. Punya banyak anak butuh banyak uang. Gak yakin Allah penjamin rezeki setiap nyawa.  Kalau gak usaha ya…… memang gak ada rezeki. Atau mereka gak mau punya banyak anak karena mereka tidak mau pusing menghadapi anak dengan karakter yang berbeda-beda, dengan kemauan yang berbeda-beda, dengan isi kepala yang berbeda-beda. 

Saat ini program KB dari pemerintah sudah tidak terlalu gencar disuarakan. Jadi keluarga-keluarga muda bisa memiliki keturunan yang banyak (kampanye terselubung, he he he). Kalau dari sisi anak pasti senang memiliki banyak saudara. Tapi adakah kebahagiaan dari sisi orang tua punya banyak anak. Saya pastikan ada jawabnya. Menurut saya pasangan yang memiliki banyak anak adalah pasangan yang kaya. Pasangan yang dianugrahi Allah banyak anak adalah rezeki yang tak terhingga.  Bukankan ini kebahagiaan, disayang Allah karena diberi rezeki yang melimpah. Melihat pasangan dengan 5 orang anak dengan wajah dan karakter yang berbeda-beda sungguh menakjubkan. Coba kalau anaknya hanya 2, kita tidak bisa menyaksikan keagungan Allah dengan ciptaanNya yang maha dahsyat.

Coba lihat keluarga Gen-Halilintar anaknya 11. Woooow. Pasangan ini sangat kaya, tidak hanya kaya anak, tapi Allah anugrahkan juga kaya harta. Mereka bisa berkelana keliling dunia dengan seluruh anggota keluarga.  Mereka bisa hidup lebih dari cukup jika tidak ingin dikatakan mewah dengan banyak anak. Bagaimana pasangan ini mengasuh anaknya.  Ternyata pola asuh yang mereka anut sama seperti pola asuh orang tua zaman dulu yang juga punya banyak anak.  Kakak akan mengasuh adik dibawahnya. Jadi peran orang tua digantikan oleh anaknya yang lebih tua untuk mengasuh adiknya.  Begitu seterusnya. Gak repotkan.  

Jepang saat ini mengalami penurunan jumlah penduduk.  Banyak kaum mudanya enggan untuk menikah dan mempunyai keturunan. Tapi di sisi lain jika mereka menikah maka mereka akan punya anak minimal 3 orang (menurut pengamatan), dengan selang usia 2 tahun. Keluarga muda Jepang, khususnya di Saijo, Higashihiroshima, tempat saat ini tinggal, sering sekali melihat keluarga muda dengan 3 atau 4 bahkan 5 anak kecil seperti susun paku kalau istilah kita di Indonesia.  Alasan pastinya saya tidak tahu mengapa mereka punya banyak anak. Mungkin salah satu alasannya adalah keluarga-keluarga ini mendapat support dana kesejahteraan dari pemerintah karena memiliki banyak anak. Kalau anak susun paku, mungkin alasannya jika anak-anak sudah bersekolah dan mandiri si ibu bisa beraktivitas di luar rumah dengan sesegera mungkin. 


Di Jepang, ada program 3, 5, 7. Program ini biasanya tersedia pada toko atau gerai baju kimono.  Di toko ini ayah, ibu, dan anak-anak bisa menggunakan baju kimono dan berfoto dengan mendapatkan diskon yang luar biasa besarnya jika dibandingkan tidak ada anak dengan usia 3, 5, 7.

Aku sebetulnya agak menyesal dengan membatasi jumlah anakku hanya 3, padahal aku bisa punya anak lebih dari itu.  Mungkin dulu masih terpengaruh zaman dua anak cukup, ha ha ha. Ya apa mau dikata, sudah tidak bisa tambah lagi...... Berdoa saja semoga mendapat cucuk yang banyak. Amin amin amin.

Sekarang, keluarga muda apa keputusanmu? Keluarga kecil atau keluarga besar. Pertimbangkanlah untuk memiliki keluarga besar, he he he setengah maksa.



Comments

Popular posts from this blog

Informasi Dibalik Indahnya Sebuah “Kemasan Beras Jepang”

Fermented Seasoning, meng"khas"kan masakan Jepang

Fermented Food ala Jepang dan Indonesia