Jepang Pekerja Keras dan Disiplin. Apakah Karakter yang Diwariskan?

Orang Jepang terkenal dengan kerja keras dan disiplinnya.  Saya ambil contoh yang dekat dengan saya, teman-teman lab. Mereka berada di lab hampir 12 -14 jam dalam sehari. Apa saja yang mereka lakukan? Banyak hal, mulai dari kuliah, eksperiment, seminar, membaca, diskusi, dsb. Begitu setiap hari, dari senin sampai jumat, untuk memenuhi target-target yang ingin dicapai. Jika masih ada yang harus dikerjakan, hari sabtu dan minggu pun mereka ke kampus. 

Apakah “kerja keras dan disiplin” adalah karakter yang dilahirkan/diwariskan secara genetik pada orang Jepang?  Sudah lama saya mencari informasi ini, tapi carinya tidak serius, he he he, jadi gak ketemu-ketemu.  Akhirnya pencarian dilanjutkan karena penasaran.  Hal pertama yang mudah tentu bertanya ke mbah google. Langsung ketemu tulisan Mbak Murni Ramli di blog nya. Izin ya mbak untuk menuliskannya kembali.


Karakter orang Jepang pada zaman dahulu menurut Takehiko Hashimoto dalam sebuah jurnal yang terbit tahun 2008, dituliskan bahwa beberapa orang Eropa yang datang ke Jepang pada masa awal atau menjelang masa Meiji, orang Jepang bukanlah pekerja keras dan disiplin. Mereka dilaporkan lebih santai dan senang minum-minum. Ketika sistem perkerataapian dipekernalkan, keterlambatan selama 30 menit adalah hal yang lumrah. Pada zaman Dinasti Meiji (1868 - 1912), hari libur yang berkaitan dengan budaya dan agama lebih banyak. Presentase orang Jepang yang tidak masuk kerja cukup tinggi (20%). Para pekerja sangat mudah untuk berhenti bekerja dan pindah ke pekerjaan lain.


Kemudian….. mengapa orang Jepang saat ini memiliki karakter kerja keras dan disiplin? Padahal mereka dahulu adalah orang yang memiliki karakter yang sama dengan kebanyakan orang dari negara berkembang yang dapat kita saksikan saat ini, yaitu bukan pekerja keras dan tidak disiplin.
 
Ternyata menurut Tetsuro Kato dalam Look Japan pada tahun 1995, karakter kerja keras dan disiplin orang Jepang lahir pasca perang dunia II, yaitu ketika Jepang kalah dalam peperangan. Bangsa Jepang merasa tidak ada jalan lain untuk bangkit kecuali kerja keras dan disiplin dalam bekerja. Kondisi setelah peranglah yang menjadi pendorong bangsa Jepang untuk bangkit melalui kerja keras dan disiplin. Karakter ini selanjutnya tidak hanya dimiliki oleh orangtua yang mengalami masa perang saja, tapi karakter ini diteruskan ke generasi berikutnya. Saat ini generasi muda Jepang memiliki karakter yang sama dengan pendahulu mereka, yaitu kerja keras dan disiplin.


Bagaimana cara meng”generasi”kan karakter yang hebat ini sehingga menjadikan Jepang “The Leading Inovation country in the world”?
Melalui pendidikan. Ya….. melalui pendidikan.  Konsep kerja keras dan disiplin ini ditanamkan dan dikawal secara ketat melalui pendidikan.  Konsep kerja keras dan disiplin adalah nilai-nilai yang diakui bersama sebagai bagian dari konsep bushido yang harus disampaikan dari masa ke masa. Konsep Bushido ditandai dengan tujuh kebajikan, yaitu kesungguhan ( gi), keberanian ( yu), kebajikan ( jin), penghargaan ( rei), kejujuran ( makoto), kehormatan (名誉 meiyo), dan kesetiaan ( chūgi).

Saat ini kita bisa lihat bahwa presentase tidak masuk kerja di Jepang sangat menakjubkan (0%). Dalam keadaan sakitpun mereka akan tetap berangkat untuk bekerja. Bahkan pada tahun 2013 seorang Wartawan NHK meninggal akibat “Karoshi” istilah Jepang untuk orang yang kelebihan kerja. Pekerja Jepang adalah pekerja yang setia. Mereka akan bekerja pada satu perusahaan sampai pensiun atau bahkan seumur hidup.
Bagaimana dengan Indonesia. Apakah kita bisa menciptakan manusia yang memiliki karakter kerja keras dan disiplin.  Saya rasa bisa…..kita tinggal mencontoh sistem pendidikan yang diterapkan di Jepang yang terbukti telah berhasil.  Semudah itukah? Tentu tidak. Tapi bisa. Asal ada niat semua bisa. Tapi tidak sebatas niat, harus diterapkan dan diimplementasikan.
Atau kita mau menjadi bangsa yang memiliki karakter kerja keras dan disiplin setelah di bom seperti Hiroshima dan Nagasaki.  Tentu tidak kan? Belum cukupkah sebagai pendorong adalah dijajahnya Indonesia selama 350 tahun oleh Belanda dan 3.5 tahun oleh Jepang.   
Sebetulnya kita punya "Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa", yang mengandung nilai-nilai yang hebat, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,kreatif, mandiri, demokratif, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestsi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Tapi ini hanya sekadar kurikulum yang disampaikan ke siswa tapi tidak meresap dalam jiwa raga siswa. Kita tidak punya cara nyata bagaimana agar nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa itu tertanam dan mengakar kuat sehingga menjadi karakter suatu bangsa.

Akhirnya, mari bangun Indonesia bersama menjadi lebih baik dengan karakter bangsa yang bukan saja pekerja keras dan disiplin tapi karakter -karakter baik sehingga terbentuk manusia Indonesia unggul yang berkarakter hebat.



Comments

Popular posts from this blog

Informasi Dibalik Indahnya Sebuah “Kemasan Beras Jepang”

Fermented Seasoning, meng"khas"kan masakan Jepang

Fermented Food ala Jepang dan Indonesia